Minggu, 08 November 2015

Something Weird #4

   Sebenarnya kejadian ini sudah berlalu cukup lama. Akhirnya aku memakan ucapanku sendiri. Semakin hari semakin dekat dengan Rangga dan tanpa ku sadari dia menjadi milikku. Entah yang aku lakukan ini benar atau tidak yang pasti aku sudah melakukan hal yang fatal jika berakhir tidak baik.
   Rangga menyatakan perasaannya ketika kita hendak naik ke kelas XII dan bersiap untuk interview di berbagai hotel yang berbeda untuk menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Aku pun tidak menyangka akan menerimanya. Pada saat itu kita sedang berjalan pulang. Dia berkata "sekarang kan kita udah sama sama tau, aku sayang sama kamu, kamu juga sayang sama aku. Jadi kamu mau ga jadi pacar aku?". Kata "iya" pun terlontar begitu saja dari mulutku. Meskipun dalam fikiranku "yasudahlah, terlanjur. Toh kita tidak akan bertemu teman sekelas selama 4 bulan". Tapi entah bagaimana ceritanya, mereka tiba - tiba saja tahu tentang hubungan kita. Yaa that's the truth, aku gabisa ngelak lagi.
   Sebulan dua bulan aku bahagia, sangat. Karena Rangga yang selama ini aku sukai bisa menjadi milikku. Setiap pulang PKL aku selalu bermain dengannya hingga menjelang malam. Canda tawa dan kebahagiaan menghiasi hari - hari ku yang monoton. Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Di bulan Agustus aku mengingat Reva. Tahun kemarin aku memberikan dia hadiah yang kubuat sendiri. Dan ternyata dia menyukainya. Tak sadar aku menjatuhkan air mataku lagi. Aku teringat aku telah mengingkari janji ku lagi. Awalnya aku berfikir kali ini dia tidak akan memaafkanku, dua kali aku mengecewakannya dengan janji palsu. Aku selalu memikirkan hal - hal buruk yang akan terjadi ketika PKL selesai.
   Tanpa sepengetahuan Rangga, aku diam - diam suka mengajak Reva untuk bermain. Selain dengan Reva aku selalu bilang kepada Rangga, hanya untuk memastikan dia tidak akan marah. Pada hari ulangtahun Reva yang ke 17, aku sudah menyiapkan hadiah untuknya. Tapi ku berikan keesokkan harinya pada saat dia pulang PKL. Awalnya aku ingin memberikan hadiah itu di waktu istirahat tapi dia tetap tidak menjawab BBMku. Akhirnya ku tunggu dia hingga pulang. Sekitar jam setengah 6 sore aku menunggu dia di depan hotel. Cukup lama aku menunggu karena dia makan dulu katanya. Saat dia keluar, aku memberikan senyum termanisku padanya. Tapi dia mengabaikannya dan langsung menyuruhku untuk naik ke motornya. Entah apa yang dia takutkan tapi aku sempat curiga dia takut ketahuan oleh seseorang yang ada di hotel. Masa bodoh siapa itu, aku langsung ngomong tak berhenti dan akhirnya aku memberikan hadiah itu dijalan. Aku selalu berharap dia menyukai kotak musik Love Me Tender yang ku beli di online shop itu. Aku sangat khawatir barangnya tidak sampai, tapi worth it, aku sudah memberikannya.
   Bulan berikutnya aku mengajak Reva untuk nonton. Kebetulan dia mendapat libur tambahan sehingga liburnya sama sepertiku. Tentu saja kita pergi tanpa sepengetahuan Rangga. Sekitar pukul 13.30 dia sudah sampai di depan gang rumah ku. Aku segera menghampirinya namun tiba - tiba saja hujan turun dengan deras. Aku tanya dia ada dimana dan dia bilang dia berteduh di supermarket tepat berada di sebrang gang rumahku. Awalnya dia menyuruhku untuk kembali ke rumah tapi tanggung basah aku lanjutkan perjalananku untuk meneminya dan terlihat dia sudah menunggu di depan supermarket yang cukup besar itu. Kita masuk untuk membeli minuman sambil menunggu hujan reda. Tak sepatah kata pun yang keluar darinya ketika menunggu hujan reda. Saat mata kami bertemu, dia berkata "kenapa ga main sama pacar kamu?", aku dengan polos menjawab "gamau ah ingin main sama kamu". Dan keheningan pun terjadi lagi.
   Ketika hujan sudah mulai reda, kami langsung pergi ke Braga. Tadinya sih mau di BIP tapi aku ga bawa uang banyak. Sesampai di Braga, kami langsung menuju ke bioskop. Dia sangat bahagia ketika melihat film Maze Runner 2 ada disana. Akhirnya kita menonton itu (Sinisternya gajadi dehh T-T). Di dalam sesekali kita saling memegang tangan *cie, saling menatap tapi langsung ku alihkan pandanganku *maluceritanya. Selesai menonton kita pergi ke taman. Entah apakah fikiran kita bersatu atau bagaimana, rasanya nyaman, seakan kita mengobrol dalam kesunyian. Dia menggapai tanganku yang berada dibelakangnya dan menariknya kedepan melalui pundaknya. Disimpan tanganku di dada nya dan menyuruhku untuk merasakan detakan jantungnya. Aku tersenyum dan tidak lama dari itu kita langsung pulang. Terimakasih Reva, aku sayang sama kamu. Aku ga akan pernah lupain semuanya.
   Setelah itu kita tidak pernah main lagi. Satu bulan berlalu dan tiba saatnya kejadian terburuk menimpaku. Aku sudah dapat memprediksi hal itu sejak dulu. Teman PKL yang masih satu kelas denganku telah menjadi orang yang sangat munafik dan bermuka dua. Di depanku mereka selalu baik dan menanyakan hubunganku dengan Rangga tanpa ikut campur dengan hal lain. Aku bodoh telah mempercayai mereka. Faktanya, mereka mengatakan hal yang tidak - tidak tentang diriku kepada Rangga. Hari itu sudah malam, sekitar jam 8 malam Rangga datang kerumahku dengan wajah yang marah. Aku tahu aku telah berbuat dan aku harus tanggung jawab. Dia mengajakku ke depan supermartket yang ada di depan gang rumah ku. Dia memecahkan kesunyian dengan bertanya "kamu sayang sama aku?". Aku menjawab "Iya". Dia tersenyum sinis padaku lalu terdiam. Dia terus menanyakan hal yang sama sampai aku tidak menjawab lagi dan dia bertanya hal yang lain. Semua rahasiaku yang pernah aku ceritakan kepada 'teman PKL' ku dia mengetahuinya. Dia bertanya "kamu masih suka kan sama Reva?". Aku hanya tediam. Dia mencaci - maki diriku berkata aku telah bermain belakang, aku menduakan dia, mentigakan bahkan lebih. Dia bilang aku hanya menganggapnya boneka, patung, dan hal yang tidak penting. Bahkan dia tahu nama - nama orang yang dekat denganku padahal mereka hanya sebatas teman. Memang jika dia bertanya aku masih suka sama Reva aku jawab "Iya". Tapi aku tidak melakukannya di depan Rangga. Dia mengancam jika aku tidak jujur maka dia akan mencari mereka. Padahal dengan beberapa nama yang dia sebutkan tadi tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Yang menjadi masalah hanyalah Reva. Aku tak kuasa menahan air mata ketika Rangga berkata "aku bisa ga saling tanya sama Reva, ga kenal sama Reva, putus sahabat aku sama dia cuman gara - gara masalah ini doang, Apa perlu aku ketemu dia? Aku bisa berantem sama dia. Kamu ga pernah ngehargain aku. Kamu bilang kamu udah lupain dia tapi nyatanya gini". Jujur, memang aku yang salah. Tapi aku ga pernah ga ngakuin Rangga adalah pacar aku. Dia sudah terhasut omongan oranglain yang tidak beda jauh dengan iblis. Kalau aku tidak pernah menghargai dia, aku tidak akan mengakui dia adalah pacarku. Aku tidak akan memberikan perhatian ketika dia sakit, ada masalah, dan tidak mau makan. Aku selalu berusaha jadi yang terbaik untuk dia tapi perasaanku ga bisa dibohongin. Akhirnya aku lebih memilih untuk pergi darinya daripada harus terus mencintai dalam kebohongan. Aku ga bisa lupain Reva. Akupun tidak mau terus - terusan menyakiti Rangga. Rangga pun tidak mau memaafkanku tapi ya that's my fault.
   Aku lanjutkan PKL ku dan bersikap biasa saja di depan teman - teman munafik itu. Dasar manusia biadab, mereka tertawa tanpa merasa bersalah. Ketika di  loker salah satu dari mereka bertanya tentang hubunganku dengan Rangga lagi. Aku hanya menjawab "begitulah". Lalu dia bertanya kembali "putus?". What the hell baby, you know something about us? Dengan begitu jelaslah dia ingin aku dan Rangga putus. Ok aku kabulkan permintaan dia dan akhirnya aku putus tanpa bilang kepada Reva. Toh nantinya dia suka tau sendiri. After all, aku bisa belajar dari kesalahan. Ternyata menjadikan sahabat sebagai pacar itu sulit. Apalagi kita juga suka sama sahabatnya sahabat kita itu. Satu lagi, pepatah bilang "choose the 2nd.. if you choose the 1st, you will never fall in love with the 2nd". Jadi kesimpulannya aku udah salah memilih. Kalau flashback, aku lebih dulu suka ke Rangga kan? Tapi karena dia ga ngerespon akhirnya aku suka sama Reva. Tapi Rangga datang sendiri setelah aku suka banget sama Reva dan ngebikin aku baper lagi sama Rangga. Memang rumit tapi hal itu tidak terfikirkan olehku. Keep smiling aja dehh walaupun suasana kelas jadi suram-_-

1 komentar:

  1. hidup mu seperti cerita-cerita di film "Rahasia illahi" kwkkw :V

    BalasHapus